16 November 2016
Selepas pukul 18.00 WIB, tepatnya di pinggir jalan KH Mas Mansyur, di bawah flyover yang menghubungkan kawasan Tanah Abang dan Karet, DKI Jakarta, sekelompok orang sedang memasang tenda-tenda warung makan dan bersiap-siap menjajakan beberapa panganan. Di kawasan tersebut berjajar warung-warung kaki lima.
Beberapa di antaranya menjajakan sop kaki kambing khas Betawi. Di warung - warung kaki lima tersebut, ada satu warung yang ramai sekali dengan pengunjung. Nama warungnya adalah Sop Kambing Karim.
Merdeka.com mencoba menghampiri dan duduk di bangku kedai sop kambing Karim. Selepas Magrib mereka baru membangun tenda dan menjajakan beberapa mangkuk. Namun, sekitar 3-5 orang calon pembeli sudah menghampiri dan menunggu para pelayan kedai selesai menyiapkan segala macam peralatan.
Tak lama kemudian seorang pria paruh baya datang ke warung tersebut, segera memakai celemek hijau bersiap-siap melayani para calon pembeli.
Dialah Karim (60), pemilik warung sop kambing khas Betawi yang ramai tersebut. Karim terampil meracik bumbu dan mengolah potongan daging serta kaki kambing menjadi sebuah masakan yang lezat. Meski suara bising kendaraan yang sedang bermacet-macetan dan iringan suara kereta tidak membuat kelezatan sop kambing pun berkurang.
Dia dibantu oleh sejumlah karyawannya yang tak lain adalah anak-anaknya sendiri melayani para calon pembeli. Pegawai lain menyiapkan mangkuk yang akan digunakan oleh pembeli. Pembeli tinggal memilih sendiri daging atau kaki kambing bagian mana yang akan menjadi santapannnya nanti.
Di sisi lain, Karim dengan tekunnya membumbui setiap mangkuk sebelum kuah sop kambing dituangkan. Mulai dari garam, merica, daun bawang, dan beberapa racikan bumbu lainnya Karim takar dengan kira-kira. "Ya pakai perasaan aja. Gak perlu berapa sendok yang penting enak di lidah,"ujar Karim kepada merdeka.com saat ditemui di warungnya awal pekan ini.
Ilyas meracik sajian sop kambing di Tanah Abang (c) 2016 Merdeka.com
Rasa sop kambing yang diracik oleh Karim begitu gurih. Selain rasa rempah-rempah seperti merica, kapulaga, kayu manis, bawang putih, bawang merah, serta butiran pala pun terasa hangat. Kuah sop kambing yang gurih bukan hanya berasal dari kaldu kambing yang direbus tapi ada campuran susu sapi di dalamnya. Sop kambing dengang kuah susu inilah yang menjadi ciri khas Sop kambing milik Karim.
"Kalau yang kuah bening kan udah banyak tuh, ya awalnya dicoba, cocok gak. Ternyata cocok," seloroh Karim yang mulai berjualan Sop kambing sekitar 30 tahun yang lalu. Selain rasa gurih dalam kuah sop, dilengkapi juga taburan daun bawang serta potongan tomat dan emping. Karim mengatakan ada bumbu rahasia lainnya yang membuat sop kambing miliknya berbeda daripada yang lainnya. Cara mengolah daging kambing agar tidak bau prengus pun, Karim mengaku punya resep tersendiri.
Karim bilang jika sudah terbiasa mengolah kambing, maka hasilnya tidak akan bau hinngga saat akan diolah. "Tiap orang kan ada resep rahasianya dan caranya sendiri-sendiri. Kalau tahu cara ngolahnya engga bakalan bau," kata Karim yang mendapat warisan dari orang tuanya dalam berjualan sop kambing ini.
Pria yang sudah memiliki 8 orang anak dan 22 cucu ini pada awalnya ikut berjualan bersama orang tuanya sekitar tahun 1959-1960-an. Ketika itu, Karim bercerita, bersama dengan Ayahnya dia sepulang sekolah ikut berjualan keliling dengan memikul keranjang yang berisikan sop kambing.
"Kalu dulu jualan, di Monas masih lapangan bola. Terus pindah ke Senayan udah pakai gerobak becak. Nah , pas kejadian G30S babeh udah gak jualan. Jualan lagi kira-kira tahun 70an di Lapangan Persija sekarang jadi taman Menteng,"cerita Karim.
Langganan di sop kambing Karim pun beragam, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas seperti anggota DPR. Karim pun mengakui tidak ingin membuka cabang karena 8 orang anaknya tidak ingin meruskannya. Tidak hanya itu, Dia pun tidak ingin pindah lapak jadi sebuah restoran. "Kalau jadi restoran kalangan bawah enggak bisa nyobain sop kambing saya dong," ucap Karim sambil berseloroh.
Pengunjung memilih jerohan sop kambing di Tanah Abang (c) 2016 Merdeka.com
Anjun (38) pelanggan setia Karim pun mengakui seminggu sekali selalu mengkonsumsi sop kambing maupun sate kambing. Menurutnya sop kambing yang diracik dari tangan Karim berbeda dengan pedagang lain di Tanah Abang. "Yang paling enak dan rame ya cuma disini, ada lagi tapi bukan di Tanah Abang, daerah Kemayoran," ungkap Anjun.
Tak seberapa jauh dari lapak sop kambing Karim. Ada warung milik bang Ya'qub yang sudah membuka lapak selama 17 tahun, kemudian diteruskan oleh anaknya Ilyas (40). Kami pun mengunjungi warung bang Ya'qub, penataannya berbeda dari warung sop kambing yang lain. Kaleng minyak samin menjadi andalan pajangan di warung Ilyas.
Ilyas pun langsung cekatan untuk memberikan mangkuk kepada kami. Hanya ada tiga karyawannya yang membantu Ilyas. Dia pun yang meracik sendiri mulai dari garam, gula, kecap, tomat, dan taburan emping.Kami juga tinggal memilih sendiri daging, jeroan, kepala,atau kaki kambing bagian mana yang akan menjadi santapannnya nanti. Bukan hanya daging yang dapat kami pilih, kuah yang akan menjadi pelengkap pun tersedia tiga jenis yaitu kuah susu, kuah santan, dan kuah bening.
"Sesuai selera tapi paling laris ya kuah susu," kata Ilyas.
Warung sop kambing bang Ya'qub tidak hanya menjual kaki dan daging kambing, dia juga menjual jeroan dan kepala kambing. Menurut Ilyas, kuah susu yang menjadi andalan di warungnya. Kami pun memesan paruh kambing, kaki kambing dengan disiram kuah susu. Aromanya pertama yang tercium dari sop kambing bang Ya'qub yaitu minyak samin yang pekat dan masih terasa sedikit aroma kambing dilidah.
Bukan hanya sop kambing yang menjadi andalan Ilyas, sate kambing juga menjadi favorit para pengunjung penggemar kambing. Langganan di sop kambing bang Ya"qub pun beragam, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas seperti anggota DPR dan wakil gubernur DKI Jakarta,Djarot Saiful Hidayat.
Tidak hanya di sekitar kantor kecamatan Tanah Abang saja Ilyas membuka lapak. Dia juga memiliki tiga cabang lainnya yang tempatnya tak jauh dari Tanah Abang. "Ada tiga, satu didekat Masjid Tanah Abang, satu di Karet, satu di Setiabudi," kata Ilyas.
Intan Umbari Prihatin
https://www.merdeka.com/khas/menikmati-sop-kambing-berkuah-susu-legendaris-tanah-abang-kuliner-kesohor-betawi-1.html